Sabtu, 01 Oktober 2011

Memotret Itu Mudah 2

Meski begitu, perlu ada pemahaman dasar tentang fotografi sebelum memotret. Minimal mengetahui komposisi dan angle: sudut pengamilan gambar yang baik. Dalam pemahaman klasik, komposisi foto yang lazim digunakan dikenal istilah komposisi sembilan bagian.

Komposisi ini menjadi pemahaman dasar para fotografer dalam membuat foto. Terutama foto-foto pemandangan yang menampilkan garis batas horison, garis datar yang membagi dua bidang. Semisal pantai, persawahan, pemandangan alam di pegunungan dan lain sebagianya.

Caranya, dengan membagi bidang gambar ke dalam tiga bagian di sisi panjang dan lebar. Pembagian ini akan menghasilkan sembilan kotak. Selanjutnya subyek foto diletakkan pada sepertiga bagian atau di dua pertiga bagian. Baik atas, bawah, maupun sisi kanan dan kiri. Garis horison juga diletakkan pada sepertiga atau dua pertiga bidang foto. Ini berlaku pada foto dengan format vertikal (tegak) maupun horisontal (datar).

Istilah lain dari model komposisi sembilan bagian ini adalah komposisi sepertiga-dua pertiga. Meski pemahaman ini sudah dianggap "kuno" oleh kalangan fotografer profesional, tetapi menjadi patut dipahami bagi mereka yang awam komposisi gambar dalam fotografi. Karena dengan mencoba cara ini, anda akan merasakan kesan berbeda ketika memandang hasil karya foto anda.

Seperti foto (1) yang dibuat dengan menggunakan hukum komposisi sepertiga-dua pertiga, tentu mempunyai kesan berbeda dibanding foto (2) yang menempatkan subjek (matahari) di tengah bidang gambar. Komposisi ini sebenarnya merupakan adaptasi dari melukis, seperti teknik yang digunakan oleh para pelukis beraliran realis yang senang melukis pemandangan.

Karena fotografi merupakan pengetahuan yang terus berkembang, maka hanya membutuhkan ketekunan dan kebiasaan dalam mengeksplitasi subjek menjadi foto menarik. Pada akhirnya nanti, anda akan tiba pada pemahaman bahwa memotret itu mudah!

Seperti kata Eliot Porter; "The more you photograph, the more you realize what can be photographed and what can't be photographed. You just have to keep doing it." Semakin sering anda memotret, semakin anda menyadari apa yang bisa dipotret dan apa yang tidak. Anda hanya perlu melakukannya terus.

Memotret Itu Mudah

Seorang seniman Perancis, Paul Delaroche, pernah berujar; “Mulai saat ini melukis tamat sudah riwayatnya.” Pernyataan ini sempat mengundang kecemburuan para seniman terutama pelukis. Karena Menurut , Delaroche fotografi mirip seni lukis. Sama-sama merekam obyek lewat mata yang kemudian diproses menjadi gagasan. Itu terjadi pada tahun 1862.

Sesudah masa itu, fotografi terus saja dikembangkan. Bukan hanya dalam hal tehnologi tetapi diikuti pula oleh kreativitas para fotografernya. Dan pada satu kurun waktu tertentu, perkembangan fotografi menyebabkan para perupa menjadi keder.

Menjelang tahun 1970, di Amerika, lahir gaya seni lukis yang disebut photorealism atau realisme foto. Sebuah aliran fotografi yang mengeksplotasi subjek secara realis. Bahkan melukis secara super -realistis- fotografis. Sejak itu, seni fotografi terus eksis meski dipepet seni lukis, patung, instalasi hingga seni multimedia. Inilah awal kelahiran fotografi modern.

Sebagai sebuah media rekam gambar, fotografi mampu merekam objek nyata menjadi gambar yang sangat mirip dengan aslinya. Hal tersebut tentu didasari atas pengertian dasar fotografi, "melukis dengan cahaya." Fotografi mencipta imaji visual lewat objek yang begitu komplek. Itulah salah satu keunggulan fotografi di luar karya seni lainnya.

Hingga saat ini, fotografi berkembang bukan hanya sebagai media mengungkapkan cita-rasa seni seseorang, tetapi pun menjadi sebuah pengetahuan dan keterampilan yang diminati banyak kalangan. Selain sebagai media dokumentasi kegiatan tentunya. Hal ini terjadi karena sekarang fotografi telah menjadi kian memasyarakat.

Kamera sebagai alat mencipta foto pun kini makin mudah dioperasikan. Bahkan teknologi kamera kini telah memasuki ruang pribadi seseorang dengan dihadirkannya pada teknologi telepon selular. Dengan demikian, setiap orang dapat momotret apa pun, kapan pun, di mana pun. Pemandangan alam yang indah, peristiwa sehari-hari, bangunan dengan arsitektur menarik, benda-benda dengan nilai estetika tertentu, dan sebagainya adalah yang paling sering difoto.

Dalam memotret, seseorang tak perlu lagi memikirkan hal-hal teknis fotografi yang dulu terkesan membingunkan ketika akan mengabadikan peristiwa. Cukup membidik objek, menekan tombol kamera, setelahnya biarkan kamera yang bekerja. Ini berlaku bagi mereka yang awan fotografi sekalipun.

Jepretan Dengan Kamera Ponsel

Pada mulanya fotografi dipahami sebuah media rekam gambar karena kemampuannya merekam obyek nyata menjadi gambar yang mirip dengan aslinya. Hal tersebut tentu didasari atas pengertian dasar fotografi; melukis dengan cahaya, photos yang berarti melukis/menggambar dan graphos yang berarti cahaya.

Dengan dukungan teknologi, fotografi kini menjadi begitu mudah. Lahirnya kamera sebagai alat mencipta foto pun kian mudah dioperasikan. Terlebih saat ini, lahirnya teknologi kamera digital menjadikan kegiatan potret-memotret nyaris menjadi bagian dari aktivitas keseharian. Bahkan teknologi kamera tersebut telah memasuki ruang pribadi seseorang dengan dihadirkannya pada ponsel.

Dihadirkannya teknologi fotografi dalam ponsel, tentu menjadikan fungsi ponsel semakin meluas hingga menjadi piranti dokumentasi. Fitur-fitur yang biasa kita temui pada kamera digital pun bisa didapatkan pada ponsel berkamera. Maka, tanpa menenteng kamera pun, kita sudah bisa jeprat-jepret memotret momen-momen indah di sekitar kita.

Meski memotret dengan ponsel adalah mudah, namun perlu dipahami untuk menghasilkan foto yang baik perlu ada pemahaman dasar tentang fotografi sebelum memotret. Minimal mengetahui komposisi foto, sudut pengambilan gambar (angle) dan jarak pemotretan yang baik.

Komposisi ini menjadi pemahaman dasar para fotografer dalam membuat foto. Terutama foto-foto pemandangan yang menampilkan garis batas horison, garis datar yang membagi dua bidang. Semisal pantai, persawahan, pemandangan alam di pegunungan dan lain sebagianya.

Caranya dengan membagi bidang gambar ke dalam tiga bagian di sisi panjang dan lebar. Pembagian ini akan menghasilkan sembilan kotak. Selanjutnya subyek foto diletakkan pada sepertiga bagian atau di dua pertiga bagian. Baik atas, bawah, maupun sisi kanan dan kiri. Garis horison juga diletakkan pada sepertiga atau dua pertiga bidang foto.

Rahasia Karya Foto

Materi ini memberi gambaran tentang bagaimana membuat karya foto yang baik dan sesuai dengan teknis fotografi. Materi ini dilengkapi dengan tips waktu yang baik dalam pemotretan. Berikut paparannya;

Rahasia Membuat Foto Bagus
Foto bagus adalah foto yang berisi pesan. Pesan bisa berupa pernyataan, kesan atau ungkapan emosi. Pesan yang bagus adalah pesan yang jelas, tegas dan efektif. Maka dari itu pesan butuh sebuah subjek. Resepnya adalah: sebuah latar depan, sebuah latar belakang dan subjek utama sebagai point of interst, tidak ada yang lain.

Rahasia Membuat Foto Luar Biasa
Foto luar biasa langsung memukau mata. Foto luar biasa hanya mengatakan satu kata saja: Wow! Foto luar biasa adalah karya seni. Ia merekam semangat dari subjek dan membangkitkan emosi. Resepnya: pertimbangkan bagaimana elemen-elemen berkaitan secara keseluruhan.

Rahasia Membuat Foto Eye-Catching
Foto yang eye-catching mengandung unsure kesederhanaan, warna, cahaya dan kedalaman. Kesederhanaan dapat dicapai dengan beberapa cara: kurangilah jumlah dan tipe objek yang akan dibidik memotret lebih dekat pada subjek, atau zooming bila lensanya bisa di-zoom.

Pencahayaan yang baik seringkali menjadi kunci foto-foto juara. Penggunaan cahaya siang hari secara efektif dapat juga memperbaiki foto anda. Untuk mencapai foto indah, fotolah ketika cahaya berwarna keemasan muncul sesudah sunrise dan sebelum sunset.

Cahaya pada waktu ini sering disebut magic hours. Sertakan rasa kedalaman pada foto. Kedalaman dapat dicapai dengan pengaturan depth of field atau ruang ketajaman, penempatan elemen-elemen di dalam foto dan pencahayaan.

Tips: Waktu Terbaik untuk Memotret
Berikut ini saya paparkan waktu terbaik untuk memotret sesuai dengan maksud foto:

  • Pukul 5: Fajar, langit biasanya didominasi warna pink, cahaya yang sangat halus dan kabut tipis untuk danau, sungai dan pemandangan.
  • Pukul 6: Sunrise, kondisi cahaya renyah, keemasan. Pas untuk subjek-subjek menghadap timur.
  • Pukul 10-14: Tengah hari, tidak cocok untuk pemandangan dan motret orang, tetapi bagus untuk motret gedung-gedung dan monumen. Warna-warna bangunan dan detailnya terekam sangat baik.
  • Pukul 14-16: Sore hari, langit biru dengan polarizer.
  • Pukul 16-18: Senja hari, kondisi cahaya yang hangat, keemasan. Pas untuk subjek-subjek menghadap barat. Waktu terbaik untuk landscape dan orang, khususnya satu jam sebelum sunset.
  • Pukul 18-18.30: Sunset, suasana langit yang indah, mulai 10 menit sebelum sunset sampai 10 menit sesudahnya.
  • Pukul 18.30-19.30: Magrib, cocok untuk foto malam yang indah, lampu-lampu sudah bernyalaan sedangkan langit masih nampak keunguan.

Gelombang tsunami itu menghanyutkan mobil dan merobek bangunan di sepanjang pantai di dekat pusat gempa. Di berbagai lokasi di sepanjang pantai Jepang, tayangan televisi memperlihatkan banjir, dengan puluhan mobil, kapal dan bahkan bangunan yang terbawa oleh air.


Berikut beberapa foto kondisi Jepang saat dan sesaat setelah dilanda gempa bumi dan tsunami yang kami reposting dari Galeri Foto Tempo Interaktif. Selain foto, juga ada video dari CNN dan NHK yang posting di Youtube.



Suasana kota Sendai, Jepang Utara, dilihat dari udara sehari setelah
terjadinya tsunami akibat gempa berkekuatan 8,9 SR (12/3). Air laut masih
merendam puluhan mobil dan rumah-rumah. [AP/Itsuo Inouye]



Sebuah kapal terdampar dihanyutkan tusnami yang melanda
kawasan Kesennuma, Miyagi, Jepang Utara (12/3). [AP/Kyodo News]



Gelombang tsunami menghantam pemukiman usai gempa kuat
di Natori, Miyagi Prefektur, Jepang, Jum'at (11/3). Gempa bumi terbesar
dalam sejarah Jepang. [AP/ Kyodo News]


Sementara itu, pemerintah Jepang menyatakan dalam konfirmasi resminya pada sekitar pukul 20.00 waktu Tokyo, Sabtu (12/3/2011), tercatat 503 korban tewas, 740 orang hilang, serta 1.040 lainnya terluka. Sedangkan diduga masih ada 1.000 orang tewas akibat bencana alam tersebut.


Lalu, ada 215.000 warga yang terpaksa mengungsi. Jumlah ini termasuk 100.000 warga yang tinggal di dekat reaktor nuklir di kawasan utara Prefektorat Fukushima. Kekuawatiran lain dari bencana ini ialah kerusakan pada dua pembangkit nuklir Jepang, dimana sistem pendingin reaktor gagal setelah gempa bumi dahsyat.


Pihak berwenang Jepang telah memerintahkan 45.000 orang yang tinggal di dekat salah satu pembangkit tersebut dan 3.000 orang di dekat pembangkit lainnya untuk mengungsi. Sementara pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jepang telah menyediakan berbagai nomor yang bisa dipakai warga Indonesia untuk mengetahui kondisi terkini di Jepang. 

Tips Memotret Landscape

Kali ini, sejumlah tips dalam memotret foto landscape yang berasal dari forum diskusi online dalam situs komunitas fotografi berbasis web, Fotografer.net dan ditulis oleh Kristupa W Saragih, pendiri dan administrator situs fotografi terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan lebih dari 270.000 anggota itu.


Indonesia negeri yang indah dan permai. Tanah Air kita berhiaskan pemandangan yang indah di berbagai pelosok negeri. Fotografi merekamnya secara jujur dan menjadi bukti nyata keindahan yang otentik. Keindahan yang tersebar di seluruh negeri tak membutuhkan perjalanan berhari-hari. Tak pula mensyaratkan biaya yang mahal. Keindahan negeri kita ada di tempat-tempat yang sering kita jumpai sehari-hari.




Tip #1: Waktu pemotretan yang tepat
Pada saat pagi dan sore, matahari masih berada dekat cakrawala sehingga memberikan side light pada landscape. Side light mempermudah fotografer memunculkan dimensi. Selain itu, pada saat pagi dan sore pula cahaya matahari berwarna kuning sehingga memberi kesan hangat pada foto.


Tip #2 Format lebar merekam kesan luas
Kerap kali posisi pemotretan berada dalam jarak amat dekat dengan dimensi landscape yang luas. Lensa tele bermanfaat untuk merekam detail. Lensa lebar bisa merekam landscape seluas-luasnya, asal hati-hati dengan distorsi.


Tip #3: Terapkan Aturan Sepertiga
Komposisi "The Rule of Third" alias Aturan Sepertiga efektif untuk menampilkan persepsi dinamis pada foto landscape. Jika langit dalam kondisi yang menguntungkan, berikan porsi lebih banyak.


Tip #4: Gunakan filter polarisasi
Memotret outdoor di negara tropis mewajibkan fotografer memakai filter polarisasi. Filter ini populer pula dengan sebutan filter Circular Polarizing alias CPL. Filter ini berfungsi memekatkan warna biru langit, menambah saturasi warna dan menambah atau mengurangi refleksi.


Tip #5: Sudut alternatif
Landscape yang indah pasti jadi sasaran banyak fotografer. Jika memotret dari angle itu-itu saja maka akan jadi foto yang begitu-begitu saja. Temukan sudut alternatif, misalnya low-angle. Tambahkan framing untuk mengisi ruang kosong.


Tip #6: Tangkap refleksi
Fotografer seringkali terpaku pada subyek utama dan menomorduakan refleksi, kalau tak malah mengabaikannya. Padahal refleksi bisa jadi unsur pengaya foto. Gunakan filter polarisasi untuk memperkuat tampilan refleksi.


Tip #7: Berikan skala
Landscape yang indah dalam dimensi luas perlu pembanding agar pemirsa foto bisa memperkirakan dimensi sebenarnya. Fotografer hadir di tempat secara langsung dan mengetahui dimensi, tapi pemirsa foto tidak.


Tip #8: Manfaatkan garis dan bentuk alam
Alam kita sudah mengandung garis, bentuk (shape) dan wujud (form) yang merupakan modal penting sebagai unsur pembangun komposisi. Demikian pula dengan pola (pattern) dan tekstur yang amat banyak dijumpai di alam secara luas.



Mengenal Pose Dalam Pemotretan Model

Pose diartikan sebagai sikap sopan santun yang dimaksudkan untuk mengesankan orang lain, kepura-puraan yang disengaja, serta sikap yang diasumsikan oleh model untuk tujuan fotografi atau seni.










Secara sederhana, pose yang baik dapat dilakukan dengan mengenali sudut dan posisi terbaik kita. Ini menjadi langkah terpenting yang harus diingat. Setiap orang punya sudut dan posisi terbaiknya untuk bergaya di depan kamera, semisal, saya (merasa) lebih cantik jika difoto dari arah kanan, dibanding jika dari arah kiri.


Selanjutnya, dikenal beberapa jenis pose, yakni pose berdasarkan arah tubuh, yang meliputi;


Wajah, sebelum melakukan pemotretan, kenali bentuk wajah model. Bentuk wajah akan menentukan dari sisi mana si model terlihat lebih menarik, untuk kemudian menentukan: Arah lurus terhadap kamera, Arah 45o menentukan main-light, Arah menyamping mengikuti main-light.


Dagu (chin) merupakan salah satu elemen penting dari wajah selain bibir, mata, hidung dan telinga. Berdasarkan ketiga arah dan posisi si model maka pose dagu dapat diarahkan: Lurus, Keatas, Kebawah.


Tangan, posisi tangan dapat diatur peletakannyasecara bervariasi pada berbagai bagian tubuh, sebagai berikut, tangan di pinggang: depan/belakang, tangan di bahu, tangan disilang di depan dada, tangan memegang tangan lainnya.


Supaya lebih menarik lagi, jari si model juga harus ditata, misalnya; jari lurus seperti biasanya, akan tetapi posisinya juga diatur arahnya atau jari dilentikkan, serta jari agak direnggangkan dengan sudut (angle) yang baik pastinya akan menciptakan foto yang baik pula.


Bahu, juga memiliki peran penting untuk memberikan kesan tertentu bagi si model. Beberapa pose yang berkaitan dengan bahu; tubuh dimiringkan ke arah kiri/kanan (pose bahu si model disesuaikan dengan pose arah wajah, dengan maksud agar karakter dan mood si model dapat terbentuk bahu sejajar, bahu kanan diturunkan/dinaikkan).


Kaki, pada dasarnya pose kaki lebih ditujukan agar si model terkesan anggun untuk wanita atau gagah untuk pria, serta berkesan dinamis. Aturlah Kaki agak terbuka, Salah satu kaki diposisikan agak kedepan/kebelakang/kesamping, Salah satu kaki agak ditekuk dengan pose setengah diangkat dan bertumpu pada ujung jari kiri (pointy).


Ada juga pose berdasarkan ekspresi, yakni; ekspresi sexy, model akan terlihat sexy bila bibir agak terbuka, mata agak dipicing, dagu lurus ke bawah atau ke atas. Ekspresi sweet, model akan terlihat sweet bila tersenyum, mata berbinar, digabung dengan pengarahan dagu.


Ekspresi cool, model akan terlihat cool bila bibir agak terbuka/tertutup, mata memandang biasa digabungkan dengan perngarahan dagu. Ekspresi ceria, model akan terlihat ceria bila tertawa, mata berbinar, digabungkan dengan pengarahan dagu.


Serta ada pose berdasarkan kesan dari foto yang dihasilkan, semisal; pose statis (diam), kesan dari pose ini akan terlihat saat model sedang berdiri (bersandar pada tembok), duduk (pada kursi, tangga, lantai). Pose dinamis (gerak), pose ini bertujuan agar foto yang dihasilkan memberikan kesan model sedang melangkah, melompat, berlari dan sebagainya.


Dikarenakan teknik yang digunakan ialah freeze maka pose badan, bahu, tangan, dan kaki harus ditata terlebih dahulu, diawali dengan gerakan-gerakan kecil agar kesan dinamis sebagai momen puncak dapat tercipta.

Mengenal Fotogenik dan Rahasianya





Kali ini, saya mengulas sejumlah hal tentang fotogenik. Dalam fotografi, fotogenik diartikan sebagai seseorang yang memiliki wajah dan sikap tubuh yang menghasilkan potret yang menyenangkan.


Fotografer selebritas Davis Factor membuka rahasia yang membuat para model terlihat begitu mengagumkan pada sampul majalah.


Wajah berkilau, tidak sama dengan wajah berminyak. Berhati-hatilah dengan flash kamera karena dapat membuat wajah terlihat super mengilap akibat minyak yang diproduksi wajah. Jaga riasan agar tetap sempurna dengan menekankan kertas minyak (blotting paper) pada area-area yang diperlukan seperti daerah T atau daerah kening dan hidung misalnya.


Perhatikan pencahayaan yang digunakan pada saat pengambilan foto. Cahaya yang disorot dari atas akan menciptakan efek bayangan pada wajah, terutama di bagian bawah mata. Jadi ketika Anda difoto baik di dalam maupun di luar ruangan, usahakan berdiri di balik matahari atau menjauh dari cahaya yang terlampau ekstrim. Selain itu, naikkan dagu sedikit pada saat difoto.


Senyum Natural, salah satu cara untuk membuat wajah terlihat lebih berkilau adalah dengan menambahkan efek mengilap pada bibir dengan menggunakan lipgloss. Pastikan Anda sudah menyikat gigi hingga bersih agar dapat memamerkan senyum penuh percaya diri.


Ketika difoto, pastikan Anda berada dalam kondisi relaks dan nyaman agar senyuman yang tersungging di bibir tampak natural--bukan menyeringai aneh. Untuk mengetahui seperti apa senyum terbaik Anda, tidak ada salahnya berlatih tersenyum di depan cermin terlebih dahulu. Usahakan untuk tidak memamerkan terlalu banyak gigi dan gusi seperti yang Anda lakukan saat tertawa.


Tubuh Langsing, tiru trik berikut ini untuk membuat Anda terlihat lebih tinggi dan langsing di dalam foto: berdiri tegak dengan posisi agak menyamping sehingga salah satu bahu berada pada posisi lebih dekat dengan kamera. Jika sudah mendapatkan posisi yang paling nyaman, pandang lurus lensa kamera.


Berhati-hatilah dengan kameramen yang ukuran tubuhnya lebih pendek daripada Anda. Sebab, posisi lensa yang berada di bawah garis mata bisa membuat dagu terlihat berlipat dan tentu saja tidak seksi. Posisi lensa terbaik adalah yang berada sejajar atau lebih tinggi dari garis mata Anda. Untuk mengakalinya, arahkan dagu ke depan beberapa inci dari biasanya.


Mata Memukau, untuk mendapatkan tatapan mata yang tajam memukau, padukan eyeshadow berwarna gelap pada kelopak mata, dan eyeshadow berwarna terang berkilau di area tulang alis. Setelah itu, jepit bulu mata dan pulaskan maskara untuk membuatnya terlihat lebih lentik, tebal, dan panjang.


Selanjutnya, dalam teknik fotografi juga dikenal istilah chip corner yang artinya kira-kira adalah sudut yang memungkinkan. Dalam mengambil foto, biasanya fotografer mengambil sudut-sudut tertentu sesuai insting fotografer tersebut untuk mengambil gambar tiga dimensi agar enak dilihat ketika ditrasfer ke media dua dimensi.


Dalam fotografi diketahui bahwa suatu benda ada yang memiliki lekukan-lekukan atau sudut-sudut yang enak dilihat dalam media tiga dimensi dan ada benda yang memiliki lekukan yang enak dilihat pada media dua dimensi.


Ada pula benda yang enak dilihat baik pada media dua dimensi maupun pada media tiga dimensi. Tapi, jangan salah, ada benda yang tidak enak dilihat baik di media dua dimensi maupun pada media tiga dimensi.


Dalam kasus fotogenik, yang terjadi adalah model tersebut memiliki chip corner, dimana dia termasuk orang yang biasa-biasa saja dilihat pada media tiga dimensi tetapi dilihat pada media dua dimensi menjadi nyaman dipandang

Memahami Etika Fotografer


Dalam ulasannya tentang etika fotografi yang diambil dari paparan seorang penggiatMatanesia Mamuk Ismuntoro, disebutkan bahwa mengambil gambar atau foto di ruang publik berbeda-beda di tiap kawasan, tempat atau negara. Sebagai gambaran, kita (di Indonesia) bisa dengan nyaman memotret anak-anak di pinggiran kampung atau di mana saja saat mereka bermain.

Tapi jangan harap bisa semudah ini di Australia, mereka punya undang-undang tegas tentang perlindungan anak, maka memotret mereka lagi bermain sekalipun, tanpa ijin orang tuanya akan membawa kita ke panjara karena bisa sianggap sebagai kagiatan eksploitasi anak.

Secara etika, sebaiknya di manapun kita mau memotret, apalagi obyeknya adalah manusia, mintalah ijin dahulu, dekati dengan ramah, buat mereka dalam kondisi nyaman dan tidak asing dengan kita (fotografer). Karena 90 persen orang akan dengan senang hati menerima kedatangan kita saat diajak bicara dahulu.

Pahami kondisi mereka, apalagi mereka kita ajak bicara tentang dirinya, pasti suka. Nah, baru kita sampaikan maksud kita. Namun untuk beberapa kondisi, fotojurnalis boleh saja mengambil gambar langsung untuk mendapatkan momen yang natural.

Tapi jangan lupa bicarakan maksud kita usai memotret. Menyapanya, seperti menanyakan nama, umur, pekerjaan keluarga, sampai hal remeh-temeh lainnya. Ketika mereka balik bertanya buat apa foto itu? Katakan dengan benar apa adanya. Misalnya untuk sekedar belajar atau kepentingan pemberitaan yang baik. Jika mereka paham kita lega, namun jika mereka keberatan, jangan coba-coba mempublish secara umum. Selain tidak menghormati privacy, mereka juga bisa menuntut kita.

Perkantoran dan mall sering dianggap sebagai ruang publik. Padahal tidak, mereka ibarat pemilik rumah dan halamannya. Apalagi jika disetiap sudut ruang mall ada larangan memotret. Kita tidak boleh seenaknya ambil foto. Meski tidak semua mall dengan jelas mengumumkannya. Namun, etika jurnalistik membolehkan kita memotret rumah seseorang, kantor atau mall jika mereka terlibat dalam sebuah kasus yang layak dan berhak untuk diketahui publik.

Misalnya layak dan berhak itu, jika sebuah institusi atau seseorang mempunyai masalah yang dampaknya merugikan banyak orang, katakanlah mall yang punya masalah dengan sistem pengolahan limbah yang mencemari kampung sekitarnya. Kita dibolehkan mengambil gambarnya, atas kepentingan publik.

Selanjutnya, juga disampaikan beberapa tips memotret orang, yakni:
Minta ijin, kalau perlu jangan dahulu kamera kita,
Bertanya apa saja sebelum memotret, bisa jadi akan ada inspirasi banyak saat kita bicara dahulu dengannya,
Sampaikan maksud anda saat mau memotret,
Tunjukkan hasil foto saat itu (jika pake digital) untuk membuat mereka nyaman dan yakin dengan kita,
Catat kontak mereka, nomor handphone, alamat rumah, dan lainnya. Suatu saat kita dengan mudah akan menemukan mereka jika ada cerita yang relevan dengan foto kita kelak, dan
Jangan lupa bilang terima kasih dan memohon maaf jika telah membuat mereka terganggu.

Jika setelah kita ajak bicara mereka menolak difoto, jelaskan kalau ini untuk berita yang baik atau foto yang baik. Jika tetap menolak, hormati mereka masih banyak obyek foto lain.